Wednesday, July 30, 2008

Support untuk Markas Digital

alhamdulillah,
kata itulah yang harusnya diucapkan sang commandante...
karena, support yang luar biasa dan atensi telah diberikan oleh pihak di kiri kanan markas digital...
Seperti yang dinampakkan oleh pak Totok, lelaki tua yang setia mengabdi pada owner sekaligus CEO kerajaan bisnis yang merupakan sponsor utama dan tunggal dari markas digital...juga bu Totok, perempuan yang tak lain tak bukan adalah istri dari pak Totok..
Pada satu kesempatan, pak Totok menegur sang commandante akan kebiasaan buruk ketika telat menyalakan dan atau mematikan lampu sokle penerangan di halaman markas digital. Yang dampaknya, menjadikan lampu itu jadi tidak normal fungsinya, atau pada lain waktu mengingatkan dengan caranya yang khas untuk tidak sembarangan menaruh sampah....
Sementara bu TOtok, tanpa ewuh pakewuh, juga dengan gaya orang tua, mengkritik sang commandante yang telah mematikan aliran air dengan cara mencabut kabel pompa yang ada di dalam gudang logistik persis di sebelah markas digital. (Meski saat itu, di markas digital para agen tengah dalam kondisi konsentrasi penuh stasiunnya masing-masing). Dimana akibatnya, gara-gara aliran air mampet, tugas bu Totok untuk membuatkan sajian pembuka khas teh hangat untuk para pahlawan tanpa tanda jasa di akademi at tibyan pada satu pagi hari itu tidak dapat dilakukan.
Juga, seorang lelaki berperawakan gemuk tinggi (entah siapa, mungkin masih ada hubungan kerabat dengan pak Totok atau mungkin masih ada hubungannya dengan sang CEO), yang sore ini sang commandante dapati tengah duduk bersedekap dada di halaman belakang markas digital...khusnudhon aja...smoga dia ikut, tentu saja dengan secara sukarela dan ikhlas, mengawas-awasi dan menjaga keamanan daripada yang markas digital....
Sekiranya, dengan pikiran semacam itu, sang commandante dapat menyungggingkan senyum dan hatinya pun menjadi plong...meski tetap waspada.

Vehicle dan Serdadu

Hari ini, markas digital kehilangan dua komponen penting sekaligus...yakni vehicle dan serdadu...
sang commandante pun kembali menjalani masa-masa jaman pra-sejarah..hiksss .

Serdadu

Salah satu komponen penting di markasdigital adalah serdadu. Yap...dia lah mata atau ujung tombak dari markas digital.
Ketika serdadu ini g aktif, maka markas digital pun jadi meredup sinarnya...
Barusan, salah satu serdadu di markas digital ngomong langsung pada commandante kalaow hari ini, mungkin dan kemungkinan besar, adalah hari terakhirnya dy disini.
Sang commandante menghela napas meski di raut wajahnya berusaha menahan ekspresi terkejut dan eman-eman...
adapun alasan yang diajukan oleh sang serdadu adalah karena pertimbangan dari saudaranya, yaitu dy diminta untuk fokus di studi nya...
Jadi ceritanya, kemaren markas digital nge-rekrut serdadu baru ini tanpa disengaja. Dy masih baru lulus sma tahun 2008 ini, dan mau kuliah.
Sang commandante pun harus bersiap-siap untuk mencari pengganti dari serdadu ini....dan mengevaluasi, mungkin ada kesalahan atau sesuatu yang menjadikan serdadu ini berfikir kalaow tetep bertahan di markas digital ini justru akan membahayakan keselamatannya....

Perjuangan Melawan Sakit

Akhir juli....
markas digital Pelangi...
Seperti biasa, debu dari jalanan menyeruak masuk menerobos celah-celah tirai kaca di gebang markas digital. Hmm...sang commandante diserang habis-habisan oleh virus flu...dan walhasil, pada serangan hari pertama, sang commandante dibikin mbeler..se mbeler-mbelernya...

DItambah lagi, gejala tidak bersahabat yang terindikasikan mengancam teritori perut sekitar ulu hati...duhhhh...sang commandante sesekali tertunduk, meringis, kadang menyeringai dalam duduk panjangnya...

Ibarat badai, pasti berlalu...demikian pun samsara yang harus ditanggung sang commandante pun tak lama berketerusan. Menjelang maghrib, sang commandante kembali ke tetirahannya, memanjakan diri dan pikiran hingga akhirnya terlelap di alam bawah sadar. Satu blok roti tawar dan sebotol air mineral mengantarkan lelapnya sang commandante.

Ini juli, sebentar lagi agustus...batin sang commandante.
bulan dimana memori masa kembali tertuju pada masa-masa romantis teater peradaban bangsa INdonesia dimana sebuah pintu gerbang menuju masyarakat Indonesia yang adil, makmur, sejahtera lahir dan batin...amien, dibuka lewat satu prolog yang ditampilkan duet SOekarno - Hatta, atas nama rakyat INdonesia.
Jadi sekarang, momennya adalah momen perjuangan. Dari titik tolak itu, sang commandante pun bertekad untuk menjadikan momen spesial ini untuk tetap tabah dan tegar....(hiksss)..menerima kondisi alam yang terkadang serasa kurang bersahabat dan sembari melawan sakit...!!!
ya...melawan sakit...!!

Skater

  • Dale Carnegie (edisi terj.)